Abasiofilia

Abasiophilia sejenis fetisisme disabilitas, seseorang terangsang psikoseksual pada orang yang memiliki cacat anggota gerak atau gangguan mobilitas, seperti gangguan dalam kemampuan berjalan. Abasiofilia adalah bentuk gangguan Identitas Integritas tubuh, biasanya terkait dengan orang yang ingin secara elektif menjadi diamputasi. Hal ini dapat meliputi perasaan tertarik terhadap seseorang yang menggunakan alat bantu ortopedi seperti kursi roda, penyangga kaki, penyangga tulang belakang atau leher, tongkat, tongkat ketiak (kruk) atau orang yang mengenakan gips (balutan bagian tubuh dari fiber) atau prostetik yang dikenakan oleh beberapa orang dengan gangguan mobilitas atau disabilitas lainnya bahkan tertarik pada orang yang memiliki kelumpuhan yang parah atau tidak dapat berjalan sama sekali. 

Abasiophilia dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya jauh sebelum pubertas tercapai. Biasanya ada kejadian pemicu pada anak usia dini yang melibatkan anak-anak cacat atau orang dewasa. Banyak terjadi terjadi polio pada anak-anak di tahun 1940 - 1960 sehingga lebih banyak orang yang menggunakan penyangga kaki daripada hari ini, umumnya usia 50 dan 70 daripada yang berusia kurang dari 40 tahun.   

Kondisi ini dapat mempengaruhi kehidupan seksual seseorang dan mungkin mempengaruhi jenis fantasi atau perilaku seksual yang dia cari. Fetisisme seperti abasiophilia tidak berbahaya, asalkan tidak melanggar hak atau privasi orang lain. Jika kondisi ini mengganggu kehidupan seseorang atau memengaruhi hubungan dia dengan orang lain, maka penting untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau terapis seksual.

Daftar ini tidak lengkap dan terus berkembang seiring dengan penelitian dan penemuan baru dalam bidang seksologi dan psikologi seksual.

Penyebab pasti dari Abasiophilia tidak sepenuhnya diketahui, tetapi beberapa faktor yang diduga berkontribusi meliputi:

1. Pengalaman masa lalu: Beberapa orang dengan Abasiophilia mungkin telah mengalami pengalaman traumatis di masa lalu yang terkait dengan cacat atau kehilangan kemampuan berjalan.

2. Perubahan saraf atau otak: Beberapa kondisi neurologis tertentu, seperti cedera tulang belakang atau penyakit degeneratif, dapat mempengaruhi fungsi otak dan sistem saraf dan memicu kecenderungan Abasiophilia.

3. Faktor psikologis: Beberapa teori mengusulkan bahwa Abasiophilia mungkin terkait dengan faktor psikologis, seperti ketidakmampuan untuk berhubungan dengan pasangan secara emosional atau konflik dalam identitas seksual.

4. Kondisi medis atau penyakit: Beberapa kondisi medis atau penyakit tertentu, seperti gangguan neuromuskular atau kelainan tulang belakang, dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan memicu kecenderungan Abasiophilia.

Faktor-faktor ini belum terbukti secara pasti sebagai penyebab Abasiophilia, dan tidak semua orang dengan kecenderungan seksual ini mengalami faktor-faktor ini. Lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami lebih lanjut tentang penyebab Abasiophilia dan kecenderungan seksual lainnya. (I)

previous page - next page

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Tes Literasi dalam Bahasa Indonesia LBI Nomor Soal 004 LBI-004 UTBK SNBT

Lebih 141 Bahasa Resmi Negara di Dunia

Pencegahan Pneumonia: Pahami Penyebab dan Faktor Risikonya untuk Kesehatan Paru-paru dan Kesehatan Keluarga